Bisnis.com, YOGYAKARTA - Supplier kopi untuk segmen hotel, restoran, dan kafe (horeka) mengkhawatirkan pesatnya pertumbuhan hotel baru di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta akan turut berdampak pada penurunan kualitas suplai kopi.
Branch Manager PT. Coffindo (perusahaan produsen kopi) untuk wilayah Jateng dan DIY, Mario A. Soewastiardjo, mengatakan pesatnya pertumbuhan hotel dengan dikeluarkannya puluhan izin untuk hotel baru pada tahun ini memang merupakan pangsa pasar bagi para pemasok produk-produk penunjang operasional hotel, termasuk kopi.
Namun demikian, lanjutnya, tingginya pertumbuhan jumlah hotel baru pada saat ini berpotensi memunculkan perang tarif untuk berlomba menarik tamu di kemudian hari. Akibatnya, hotel akan cenderung memangkas anggaran, termasuk anggaran bagi supply-supply produk-produk penunjang hotel.
"Salah satu yang bisa jadi kena imbas adalah para supplier, termasuk supplier kopi. Imbasnya bisa macam-macam, dapat berupa penurunan harga atau penurunan kualitas," katanya saat bertemu Bisnis.com di Jogja, Selasa (7/10).
Sebagaimana diberitakan oleh Harian Jogja sebelumnya, akan ada sekitar 104 jumlah hotel baru yang akan dibangun di Kota Jogja. Dari jumlah tersebut, Dinas Perizinan (Dinzin) melansir sebanyak 71 hotel baru telah mendapatkan Izin Membangun Bangunan (IMB).
Mario mengakui pihaknya memang terhitung pemain baru di wilayah Yogyakarta.
Produsen kopi ekspor yang berbasis di Medan, Sumatera Utara, tersebut baru memasuki bisnis penyediaan kopi bagi segmen horeka di Jogja pada tahun lalu.
Ketika masuk ke wilayah yang sudah terkenal sebagai daerah wisata ini, pasar horeka setempat umumnya telah lama memiliki supplier kopi tersendiri.
Kendati pun demikian, dia mengaku tetap optimistis dengan peluang bisnis ke depan. Ia mengincar pangsa pasar 30% untuk pasar horeka di wilayah Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada akhir tahun ini.
Mario menyebutkan selain wilayah Yogya, pihaknya terutama akan menggencarkan pemasaran produk di wilayah Semarang dan Solo.
Di kedua wilayah tersebut, lanjutnya, izin pembangunan hotel baru tidak segencar di Jogja. Sebagai imbasnya, peluang terjadinya perang tarif juga tidak setinggi di area Jogja.
"Sebetulnya Semarang dan Solo daya belinya sama dengan Jogja. Hanya saja, kami kan bermain di pasar horeka. Dengan perkembangan saat ini, Semarang dan Solo cenderung lebih stabil dibandingkan Jogja," katanya.
www.arcanusantara.com
0 comments:
Post a Comment